Kabar Terkini Kiat Jawara Kicaumania

Trend Love Bird Konslet Bakal Gembos, Penjurian Metode Stik Dianggap Belum Sempurna

Share this...
Share on facebook
Facebook
0
Share on whatsapp
Whatsapp

TREND Love Bird Konslet diprediksi bakal gembos, setelah pandemen Love Bird sudah memahami berbagai cara dan ‘kunci’ cara merawat dan memilih burung bahan yang fighter dan diprospek untuk kontes. Di sisi lain rahasia mencetak Love Bird konslet kini telah terbongkar. Yakni ada kesengajaan mengabaikan proses alami alias memaksanya dengan dooping melalui makanan.

Durasi yang dibawakan Love Bird zaman sekarang sudah dianggap tidak normal lagi dibandingkan kontes di awal 2000-an. Dulu bicara tentang Love Bird yang kerja berdurasi panjang sangatlah jarang, sebab jika bisa mencapai durasi 20 detik maka sudah dianggap layak mendapatkan koncer.

Seiring perubahan zaman, Love Bird sekarang banyak yang kerja maksimal serta sanggup ngekek dalam berdurasi sangat panjang. Rata-rata kicaumania merahsiakan penyebab kerja durasi panjang pada Love Bird Konslet. Meski demikian sejumlah kalangan mensinyalir faktor ngekek panjang dikarenakan dooping.

Di gantangan lomba, Kelas Love Bird selalu full peserta. Dianggap merakyat dari segi harga bahan dibandingkan dengan jenis burung lain. Peserta memiliki modal Rp 200 ribu sudah bisa menggantangkan burung, dan bisa bersaing dengan kontestan lainnya.

LB ‘Spektrum’ gacoan jawara blok tengah milik H Mansur.

 

Perawatanya tak seribet dengan jenis burung lain, dan membawanya pun sangat ringkas karena ukuran kandang tak besar. Inilah yang membuat penggemar Love bird bejibun jumlahnya. Gantangan lomba pun selalu full.

Banyak burung di bawah gantangan yang memiliki tingkat kegacoran dan durasi kicau panjang, namun belum tentu jika digantang mau tarung.

Sekarang banyak Love Bird yang memiliki durasi panjang di gantangan atau dengan istilah konslet. Entah bagaimana membuatnya sehingga burung bisa kerja konslet, atau mungkin dari segi turunan, atau dengan sengaja diberikan (doping) sejenis obat-obatan.

Sugik Ponorogo pemilik LB ‘Casper’ yang terkenal berdursi di Blok Timur.

 

Peserta yang memenangi perlombaan rata-rata sangat jarang berterus terang jika ditanya stelan Love Bird bisa kerja maksiamal. Meraka cenderung menyembunyikan sesuatu tentang resep konslet. Jika memiliki burung jenis konslet dipastikan kemenangan beruntun akan sering mudah didapat.

Banyak nama terkenal jenis konslet, seperti Kusumo milik H Sigit WMP Klaten mengawali boming Love Bird fenomenal. Waktu itu Kusumo bisa memenangi semua kelas Love Bird, bahkan terkadang bisa disapu bersih juaranya.

Risiko memilik jenis LB konslet pasti juga akan banyak dijauhi para pemula, sebab dianggap lawan yang tak seimbang. Pemilik pastinya juga mengakui jika menang secara berturut-turut akan melemahkan mental (gembos) para pemula pada umumnya.

 

RAGAM KELAS DAN PENILAIAN

Pantauan wartahobi.com saat ini, banyak EO kontes burung yang membuka kelas Love Bird dewasa hingga Paud.  Kelasnya pun dibuka sangat banyak, umpama Kelas  Balibu A-B, Kelas Paud A-D, Kelas Dewasa A-D, Kelas Bursa A-B, Kelas Bebas Aksi A-D dan seterusnya tergantung kekuatan EO.

Ragam standarisasi kelas dibedakan sesuai usia burung, 1-3  bulan dengan istilah Balibu, sedang 2-5 bulan tergolong masih Paud. Selanjutnya umur diatas 5 bulan sudah tergolong dewasa, dan bisa dibedakan dengan kategori kelas Bebas Aksi maupun Bursa.

Bima 303 buktikan ‘Antasena’ makin membayangi Kelas Konslet.

 

Jika kelas Bebas Aksi bisa diukuti semua kontestan yang notabenya berani tarung melawan burung jenis konslet. Tapi sebaliknya jika kelas Bursa burung konslet boleh diikutkan, akan tetapi kelas pastinya dibursakan, sehingga apa boleh buat pemilik bersedia jika ada yang berani menawar beli harus siap dijual.

Kelas Bebas Aksi, semua peserta dihuni dari kalangan pemula hingga jawara harus siap mental jika gacoan kalah. Soal penilaian relatif tergantung siapa penyelenggara dan menggunakan metode juri seperti apa sesuai pakemnya masing-masing.

Jika dulu EO Indepanden hanya memberikan penilain menggunakan dasar nilai tertinggi (mentok) dan malah selalu tepat sasaran. Namun, seiring berjalannya waktu banyak metode penilan OE semakin semarak bermacam- macam.

Stik salah satunya yang banyak digunakan untuk penilaian di kelas Love Bird, dianggap paling efektif dan jujur. Peserta pun awalnya nyaman-nyaman saja karena dianggap metode ini menjadi perubahan baru, sehingga meraka menyatakan fair play.

Sampai saat ini metode penilain dengan cara nilai jumlah stik masih banyak digunakan, namun peserta sudah mulai banyak yang mengeluh. Kontrolisasi jumlah kekekan biasanya yang dinilai pada gacoan saat juri memberikan penilain dan sesuai dengan kerja burung.

Saat ini peserta banyak menganggap penilaian menggunakan stik banyak kelamahannya, sehingga burung yang memiliki durasi panjang banyak yang dirugikan. Harusnya jumlah durasi kekekan seimbang dalam pemberian stik, namun dianggap ada juri yang pelit dan ada pula yang baik hati.

Jika juri yang suka dengan burungnya, maka pemberian nilai diberikan banyak dan adapula yang kurang suka dianggap mahal, saat menilai burung peserta. Jenis stik yang berwarna merah berarti memiliki nilai tertinggi, disusul warna biru , hijau dan kuning.

Saat ini dikelas Paud juga beragam dalam memberikan tanda penilaian seperti menggunakan kartu ataupun stik. Ada yang dimulai dengan menggunakan kertu warna merah, biru dan kuning, namun jumlah nilai separuh dari nilai kelas Love Bird dewasa.

Suasana Kelas Bursa; Peserta boleh menawar sebelum dikoncer.

 

Adapula metode dengan coretan, sehingga saat memberikan nilai dihitung dengan jumlah coretan. Jumlah coretan terbanyak akan dikumpulkan saat Korlap selesai memberikan batasan waktu penilain, disitulah peserta akan melihat bendera koncer dengan kekekan terbanyak.

Fenomena kelas Love Bird pastinya banyak sekali kendala baik maupun buruknya, sehingga tergantung peserta mau memilih metode mana yang dianggap paling nyaman. Jika peserta kurang nyaman dengan penilain ala stik, mungkin tinggal memilih EO yang menggunakan metode penilian coretan.

Semua inovasi yang dilakukan para EO tentu bertujuan menjadi lebih baik, agar kelas Love Bird semakin banyak pesertanya. Namun, jika inovasi itu malah membuat kelas semakin sedikit yang mengikuti, maka bagaimana menanggulanginya harus dibenahi secara bersama-sama.

Kini fenomena kelas fighter semakin meroket beberapa bulan ini. Apakah peserta akan lebih meriah lagi di masa-masa berikutnya. Sangat boleh jadi keadaan berbalik lagi ke era fighter, bukan era konslet. Jika dilihat beberapa kontes balakangan ini, EO baru seperti Oriq Jaya kini tengah gencar-gencarnya membuka kelas Fighter setiap mengadakan gelaran.

Mungkinkah kecocokan penilain di kelas Fighter lebih cocok menggunakan metode stik, atau hanya perlu penjajakan terlebih dahulu. Apapun ujudnya dan metode yang digunakan para EO dalam penilaian, sebaiknya kita dukung secara bersama-sama, agar kelas Love Bird tetap makin ramai. (LJ)

 

 

 

 

 

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

swlabs